Selasa, 17 Januari 2012

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Lebih kurang 60% berat badan orang dewasa umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Cairan tubuh terdapat dalam 2 kompartemen cairan, ruang intraseluler (cairan dalam sel), dan ruang ekstraseluler (cairan diluar sel). Kompartemen cairan ekstraseluler dibagi menjadi ruang cairan intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah), ruang intarasisiel mengandung cairan yang mengelilingi sel, ruang transeluler merupakan bagian terkecil dari cairan ekstraseluler.
Ekeltrolit dalam cairan tubuh merupakan kimia aktif (kation yang mengandung muatan positif dan anion yang mengandung muatan negatif)
Distribusi cairan dan elektrolit
*    Intraseluler 40 %
            Kurang lebih 2/3 atau 40% cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intraseluler dan kebanyakan berada pada masa otot skeletal
*    Ekstraseluler 20%
            *Interstisiel 15%
            Cairan yang mengelilingi sel, sekitar 8 liter pada orang dewasa. Limfe merupakan suatu contoh dari cairan intrasisiel.
            *Intravaskuler 5%
            Cairan dalam pembuluh darah mengandung plasma, kurang lebih 3 liter dari rata-rata 6 liter cairan darah merupakan plasma dan sisanya terdiri dari eritrosit, lekosit dan trombosit.
Proporsi cairan tubuh
Prosentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah:
1.     Bayi baru lahir : 75 % bb
2.     Anak : 70 % bb
3.     Pria dewasa : 57 % bb
4.     Wanita dewasa: 55 % bb
5.     Usila : 40 –45 % bb


MEKANISME HOMEOSTATIK
Tubuh dilengkapi dengan mekanisme homeostatik untuk menjaga komposisi dan volume cairan dalam tubuh dalam batas normal.
Organ yang terlibat dalam proses ini adl ginjal, jantung dan pembuluh darah, paru-paru, kelenjar pituitari, kelenjar  adrenal, kelenjar paratiroid.
Ginjal
1.     Secara normal ginjal menyaring 170 liter plasma setiap hari.
2.     Pada saat  yang sama mensekresikan urine 1,5 liter  atau 1 ml/kg BB/jam untuk semua umur
Jantung dan pembuluh darah
1.     Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal, kegagalan kerja pompa jaantung menggangu perfusi ginjal dan pengaturan cairan dan elekrtolit
Paru paru
1.     Melalui ekhalasi paru-paru membuang kira-kira 300 ml air setiap hari pada orang dewasa
Kelenjar Pituitari
1.     Hipotalamus menghasilkan suatu subtansi yg dikenal dng hormon anti deuretik (ADH)
2.     ADH kadang disebut dengan hormon penyimpan air karena menyebabkan tubuh untuk menyimpan air
Kelenjar Adrenal
1.     Aldosteron  disekresikan oleh sona glomerulosa dari kortek adrenal.
2.     Peningkatan sekresi aldosteron menyebabkan retensi natrium dan kehilangan kalium
Kelenjar Paratiroid
1.     Terdapat disudut kelenjar tiroid
2.     Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid



Regulasi Cairan Tubuh
A. Difusi
1.     Merupakan bercampurnya molekul molekul dalam cairan, gas atau zat padat secara bebas dan acak yang berlangsung dalam sel membran permeabel. Pada difusi cairan dari dari bagian yang berkosentrasi tinggi akan berpindah pada bagian yang berkosentrasi rendah.
2.     Kecepatan proses difusi bervariasi bergantung pada ukuran molekul, kosentrasi cairan dan suhu cairan.
B. Osmosis
Cairan yang berbeda dipisahkan oleh membran semi-permeabel dan pergerakan cairan terjadi dari cairan yang berkosentrasi rendah kecairan yang berkosentrasi tinggi, sampai cairan itu sama kosentrasinya. Proses ini penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstrasel dan intrasel.
C. Transport aktif
Pergerakan aktif natrium dari sel ke ekstrasel, waktu depolarisasi sebagai ganti dari kalium yang keluar dari sel. Proses ini memerlukan energi yang terselenggara atas kerja enzim
D. Filtrasi
Perpindahan cairan dari bagian yang bertekanan tinggi kedaerah yang bertekanan rendah diabatu oleh tekanan hidostatik.
Air memiliki molekul yang sangat kecil sehingga dengan mudah berdifusi, disamping itu juga bersifat polar sehingga berkohesi satu sama lain membentuk benda cair.
Cairan ekstraseluler mengelilingi dan kemudian masuk kedalalm sel, membawa bahan-bahan yang diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel, dari saluran pencernaan dan paru-paru.
Selanjutnya cairan ekstraseluler mengankut sampah bekas metabolisme keparu-paru, hepar, dan ginjal untuk dibuang.
Cairan interstisiel berada diekstraseluler dan intavaskuler, dipisahkan dari plasma hanya oleh selaput kapiler. Selaput ini dapat dilalui oleh semua bahan-bahan, kecuali sel-sel dan molekul protein yang besar. Kurang lebih 93% dari plasma adalah air, terlarut didalamnya sel-sel darah merah, putih dan trombosit.

Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan
1.  Usia
2.  Temperatur
3.  Diet.
4.  Stres.
5.  Sakit.
Gangguan Keseimbangan Cairan
1.       Hipovolemia
Kekurangan cairan eksternal karena penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal:
1.     Dehidrasi isotonik, terjadi ketika tubuh terjadi kehilangan sejumlah cairan dan elektolit secara seimbang
2.     Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air dari pada elektrolit
3.     Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh kehilangan elektrolit lebih banyak daripada air
Macam dehidrasi berdasarkan derajatnya :
                               I.            Dehidrasi berat
1.     Kehilangan cairan sebanyak 4 – 6 lt atau kehilangan cairan > 10% BB
2.     Serum natrium mencaoai 159-166 mEq/lt
3.     Hipotensi
4.     Tugor kulit buruk
5.     Oliguria
6.     Nadi dan pernapasan meningkat
                            II.            Dehidrasi sedang
1.     Kehilangan cairan 2 – 4 lt atau 5 – 10 % BB
2.     Serum natrium mencapai 152 – 158
3.     Mata cekung

                          III.            Dehidrasi ringan
1.  Kehilangan cairan 1,5 – 2 lt atau 5% BB
2.  Rasa haus
2.       Hipervolemia
Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstitial). Hal ini bisa disebabkan karena kegagalan jantung, gagal ginjal, pemberian infus yang mengandung natrium secara berlebih
Gejala hipervolemia
1.     Berat badan naik sementara waktu
            2% hipervolemi ringan
            5% hipervolemi sedang
            8%  atau lebih hipervolemi berat
2.     Edema perifer
3.     Distensi vena jugularis
4.     Asites dan efusi pleura
5.     Bila sudah berat terjadi edema paru

ELEKTROLIT
1.     Elektrolit tersebar diseluruh tubuh dalam bentuk larutan.
2.     Air dan elektrolit dapat bebas melalui ruang ekstraseluler dalam plasma dan didalam sel. Partikel elekrtolit ada yang bermuatan listrik disebut ion.
3.     Partikel yang bermuatan negatif disebut anion. Contoh anion dalam tubuh: kloroda (Cl), bikarbonat (HCO3), protein, fosfat (PO4).
4.     Partikel yang bemuatan positif disebut kation Contoh: natrium (Na+), kalsium (Ca++), kalium (K+) dan magnesium (Mg++)
Komposisi elektrolit dalam plasma
1.     Natrium                     : 135-145 mEq/lt
2.     Kalium                       : 3,5-5,3 mEq/l
3.     Kalsium                     : 4-5 mEq/l
4.     Magnesium  : 1,5-2,5 mEq/l
5.     Klorida                       : 100-106 mEq/l
6.     Bikabornat   : 22-26 mEq/l
7.     Fosfat                        : 2,5-4,5 mg/100 ml

Masalah Kebutuhan Elektrolit
1.       Hiponatremia
Natrium kurang dari 135 mEq/lt, dapat menyebabkan cairan masuk kedalam sehingga sel bengkak termasuk sel didalam otak
Penyebab:
1.     Kehilangan cairan lewat saluran pencernaan
2.     Banyaknya keringat, banyak air sebagai penganti cairan yang hilang
3.     Pengunaan obat deuritik yang dikombinasikan dengan diet rendah garam
4.     Insufisiensi adrenal (kurang aldosteron penyebab garam keluar)
Gejala:
1.     Tidak nafsu makan
2.     Otot-oto kejang
3.     Lemah, bingung
4.     Hemiparese, koma
5.     Natrium serum < 135 mEq/lt
6.     Osmolalitas serum < 285 mosm/kg
Pengobatan:
1.     Pengobatan ditujukan untuk mencukupi kebutuhan natrium, bisa melalui oral, NGT atau parenteral
2.     Bila oral tidak memungkinkan, dan sangan mendesak maka dapat diberikan parenteral. Bila volume plasma kurang dari normal beri ringer laktat/NaCl 0,9%. Bila volume plasma normal beri NaCl 3%, 5%
2.       Hipernatremia
Keadaan dimana keadaan natrium plasma > 145 mEq/lt
Penyebab :
1.     Pengeluaran cairan
2.     Pemberian makanan hipertonik/per NGT tanpa diikuti pemberian air yang cukup
3.     Diare
4.     Pemasukan garam berlebihan dalam makanan
5.     Pemberian cairan infus yang mengandung banyak natrium: NaCl 3%, 5% dan natrium bikarbonat 7.5%
6.     Diabetes insipidus
7.     Tengelam dalam laut
3.       Hipokalemia
1.     Kalium serum kurang dari 3.5 mEq/lt
2.     Penyebab:
3.     Lewat saluran pencernaan : diare, pemberian laksansia, pengisapan cairan lambung yang berlebihan, muntah
4.     Lewat ginjal: pengobatan deuretik, hiperaldosteron, pengobatan steroid
5.     Alkalosis
6.     Sekresi berlebihan atau pemberian insulin
4.       Hiperkalemia
Kalium serum lebih dari 5 mEq/lt
Penyebab:
1.     Psedo hiperkalemia: tornikuet yang terlalu ketat, hemolisis, lekositisis dan trombositosis
2.     Menurunya sekresi kalium: oliguric renal failur. Diuretik yang menahan kalium
3.     Bertambah ”intake” kalium kususnya pada insufisiensi ginjal: infus kalium yang berlebihan, tranfusi darang yang banyak
4.     Asidosis metabolik atau respiratorik
5.       Hipokalsemia
1.     Merupakan kondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah
2.     Ditandai dengan adanya  kram otot dan perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4.3 mEq/lt, dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh pengankatan kelenjar gondok, serta kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal
6.       Hiperkalsemia
1.     Kaeadaan kelebihan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4.3 mEq/lt
2.     Dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengankatan kelenjar gondok, dan peningkatan asupan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma.
7.       Hipomagnesia
1.     Magnesuim dalam darah kurang dari 1.3 mEq/lt, disebabkan alkoholisme, pankreatitis.
2.     Ditandai dengan tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi.
8.       Hipermagnesia
1.     Kadar magnesium dalam darah melebihi 2.5 mEq/lt bisa disebabkan oleh gagal ginjal, hemodialisa dengan pengeluaran air yang banyak, ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan.

Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa dapat diukur dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal pH cairan tubuh 7,35 - 7,45.
Keseimbangan asam basa dilakukan oleh paru melalui pengankutam CO2 dan H2CO2 dari darah. Ventilasi dianggap memadai apabila O2 seimbang dengan kebutuhannya. Ventilasi yang memadai dapat mempertahankan kadar pCO2 sebesar 40 mmHg.
Selain sistem pernapasan, ginjal juga berperan untuk mempertahankan asam basa yang sangat komplek, ginjal mengeluarkan ion hidrogen dan membentik bikarbonal sehinga Ph dalar normal.
Masalah Keseimbangan Asam Basa
Asidosis Respiratorik
1.     Merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh kegagalan sistem pernapasan dalam membuang karbondioksida dari cairan tubuh
2.     Sehingga terjadi kerusakan peranapasan yang berakibat peningkatan pCO2  arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pH sehingga kurang dari 7,35
3.     Dapat disebabkan oleh adanya penyakit obstruksi, trauma kepala, perdarahan.
4.     Asidosis Metabolik
5.     Keadaan kehilangan basa atau terjadinya penumpukan asam yang ditandai dengan adanya penurunan pH hingga kurang dari 7,5 mmHg dan HCO3 kurang dari 22 mEq/lt.
6.     Keadaan ini sering terjadi pda penderita diabetes militus yang tak terkontrol, anoreksia jaringan sehingga terjadi penimbunan asam laktat dan gangguan funsi ginjal.
7.     Alkalosisi Respiratorik
8.     Keadaan kekhilangan CO2 dari paru yang dapat menimbulkan terjadinya pCO2 arteri kurang dari 35 mmHg dan pH lebih dari 7,45,
9.     Akibat  adanya hiperventilasi, kecemasan, emboli paru, ensefalitis, keracunan salisilat dan gangguan pusat pernapasan.
10.                        Alkalosis Metabolik
11.                        Kaeadaan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan bikabornat plasma > 26 mEq/lt dan pH arteri > 7,45
12.                        Hal ini terjadi bila asam kuat keluar dari dalam tubuh misal pada keadaan muntah-muntah banyak HCL yang keluar.
Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Cairan dan Elekrtolit
Pengkajian Keperawatan :
Riwayat keperawatan
1.     Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral, atau enteral.
2.     Jumlah pengeluaran dapat diukur melaui jumlah produksi urin, feses, muntah atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan dan perubahan berat badan yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
3.     Faktor yang berhubungan
4.     Faktor yang berhubungan meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kebutuhan cairan, seperti sakit, diet, lingkungan, usia perkembangan dan penggunaan obat.
Pengkajian fisik
1.     Pengkajian fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan masalah cairan dan elektrolit
2.     seperti sistem integumen (status tugor kulit dan edema)
3.     sistem kardiovaskuler (adanya distensi vena jugularis, tekanan darah dan bunyi jantung), sistem penglihatan (kondisi dan cairan mata), sistem neurologi (gangguan sensorik motorik, status kesadaran, dan adanya reflek)
4.     sistem gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah dan bising usus).
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa Keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
1.     Pengeluaran urin secara berlebihan akibat penyakit diabetes militus
2.     Peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau meningkatnya kecepatan metabolisme.
3.     Pengeluaran cairan secara berlebih
4.     Asupan cairan yang tidak adikuat
5.     Perdarahan.
6.     Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
7.     Penurunan mekanisme regulator akibat kelainan pada ginjal
8.     Penurunan curah jantung
9.     Gangguan aliran balik vena
10.                        Retensi natrium dan air
11.                        Tekanan osmotik koloid yang rendah
Perencanan Keperawatan
Tujuan mempertahankan volume cairan dalam keadaan seimbang.
Rencana Tindakan:
1.     Monitor jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan
2.     Pertahankan keseimbangan cairan
A.      Bila kekurangan cairan, lakukan:
Rehidrasi oral atau parentral sesuai dengan kebutuhan.
            Monitor kadar elektrolit darah seperti urea nitrogen darah, urine, serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan Hb.
            Hilangkan faktor penyebab kekurangan volume cairan, seperti mual muntah, dengan car memberikan minum sedikit demi sedikit tapi sering.
B.       Bila kelebihan cairan, lakukan:
            Pengurangan asupan garam
            Hilangkan penyebab kelebihan volume cairan. Apabila akibat bendungan pembuluh darah maka anjurkan pasien untuk istirahat dengan posisi terlengang, kaki ditinggikan, atau tinggikan ekstremitas yang mengalami edema.
            Kurangi kontriksi pembuluh darah seperti pada penggunaan kaos kaki yang ketat:
A.    Lakukan mobilisasi melalui pengaturan posisi
B.     Anjurkan cara mempertahankan keseimbangan cairan










Pemberian Oksigenasi
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal elemen ini di peroleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas.
A. Pengertian
1.     Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
2.     Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
3.     Memberikan tambahan oksigen pada klien yang membutuhkan.

B.  Tujuan
1.   Memenuhi kekurangan oksigen
2.   Membantu kelancaran metabolisme
3.   Sebagai tindakan pengobatan
4.   Mencegah hipoksia
5.   Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
C. Indikasi Penatalaksanaan
1.     Indikasi umum termasuk : kesulitan dalam mengeluarkan sekresi saluran pernafasan, penurunan kapasitas vital (VC) dengan pernafasan dalam dan batuk tidak efektif atau ketidak berhasilan dalam mencoba metode yang lebih sederhana dan lebih murah untuk mengeluarkan sekresi. Memberikan aerosol atau mengembangkan paru-paru.
2.     Hal-hal yang perlu diperhatikan
3.     instruksi pemberian oksigen, termasuk alat pemberian dan liter flow rate (L/min).
4.     Kadar oksigen (PO2) dan karbondioksida (PCO2) pada darah arteri (PaO2) NORMAL 80-100 MM Hg, PCO2 35-45 mmHg.
5.     Apakah klien menderita PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun).
E. Persiapan Alat
1.     Tabung atau central oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer atau flowmeter
2.     -Humedifier yang sudah di isi dengan aquadest sampai pembatas yang sudah ditentukan
Tabung oksigen beserta isinya Regulator dan flow meter:
Ø Botol pelembab
Ø Masker atau nasal prong
Ø Slang penghubung
3.     4Tenda wajah
4.     Masker Wajah
5.     Kanul
F. Prosedur Tindakan
1.     1. kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi perintah pengobatan.
2.     2. siapkan klien dan keluarga
3.     -atur posisi klien semi flowler jika mungkin , sehingga pasien mudah bernapas.
4.     -jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya dan akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea. Informasikan pada klien dan keluarga tentang petunjuk keamanannya.
5.     3. atur peralatan oksigen dan humidifier
6.     4. putar oksigen sesuai terapi dan pastikan alat dapat berfungsi
7.     -cek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas lewat slang. Seharusnya tidak ada suara pada slang dan sambungan tidak bocor. Seharusnya terdapat gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir lewat air. Perawat merasakan oksigen keluar dari kanul, masker, atau tenda.
8.     -atur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan perintah, misalnya 2-6 L/min.
9.     5. pasang alat pemberian oksigen yang sesuai.
10.                        6. Kaji klien secara teratur.
11.                        7. Inspeksi peralatan secara teratur
12.                        8. Catat data yang relevan pada dokumentasi keperawatan. Catat terapi dan semua hasil pengkajian keperawatan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar